Membicaraan kan fasilitas umum di Jaarta memang membuat kening mengkerut. Kata yang muncul adalah kotor, berantakan, tidak nyaman, bau, mahal, copet, polusi, dan masih banyak lagi.
Satu jenis fasilitas umum yang sering saya pakai adalah tempat parkir sepeda motor. Tempat yang satu ini memang agak langka ditemui di kota besar seperti Jakarta.
Saya termasuk pengguna aktif kendaraan bermotor. Setiap harinya sulit menemukan fasitas parkir yang nyaman, aman, dan bertanggung jawab. Banyak saya temui tempat parkir yang tak nyaman dan berantakan. Tarif yang dikenakan tidak sesuai dengan jasa yang diberikan.
Kawasan Jakarta yang padat dan banyak dikunjungi adalah kawasan SCBD, Sudirman, Senayan, dan mall seperti FX.
SCBD misalnya, untuk parkir motor di kawasan perkantoran ini memang lumayan sulit. Banyak kantor besar tidak memberikan fasilitas parkir motor. Pengendara motor harus memarkir motor diarea parkir Semanggi Expo. Namun pasti bukan hanya lahan parkir yang dicari. Namun rasa aman, nyaman, dan bertanggung jawab yang dicari. Sayangnya itu tidak didapatkan. Tempat yang jauh, sembrawut, kurang aman, dan kurang bertanggungjawab didapat dengan biaya parkir yang tak sepadan. Bayangkan saja, penempatan motor yang tak rapih, jalan berbatu, dan belum lagi penjaga parkir yang tak mau tahu jika helm hilang.
Tempat lain yang menurut saya tidak jelas dalam memberikan fasilitas parkir adalah kawasan Senayan. Memasuki kawasan Senayan, anda akan dipungut biaya masuk Rp 1.000 untuk motor. katanya itu untuk biaya parkir. Namun saat masuk ke dalam anda akan kebingungan mencari lahan parkir. Kalanpun ada, akan ada petugas parkir berseragam yang memungut biaya Rp 2.000 untuk sekali parkir. Aneh memang, tapi ini kenyataan!
Mall adalah tempat publik yang sangat memarjinasisasikan sepeda motor. Bahkan tak sedikit mall di Jakarta yang tak memberikan fasilitas parkir motor di gedung. Misal mall FX di kawasan Sudirman. Mall tersebut tidak memberikan fasilitas parkir di dalam gedung, melainkan di luar yang tempatnya sangat jauh dari mall. Ini tentu menyulitkan pengunjung. Pengunjung terpaksa harus berjalan kaki jauh dengan terik dan hujan. Apa tujuannya, tapi saya yakin uang berbicara.
Kalau begitu nasib pengendara motor, bagaimana yang bermobil? Tentunya mereka diperlakukan bak seorang raja. Difasilitasi dan diberi ruang gerak yang nyaman.
Namun kenyataan ini tak lantas menguranqi pengguna motor. Tapi mungkin akan menambah pengendara mobil….
Apa jadinya Jakarta dengan bertambahnya jumlah mobil? Harus ada pembatasan gerak dan uang pun harus dibungkam agar tak bicara