Monthly Archives: February 2009

Ingin Jujur Saja, Luar Biasa Sulitnya

Standard

Semenjak SMP saya termasuk orang yang tidak banyak bersosialisasi dengan banyak orang. Hanya orang tertentu saja yang bicara dengan saya. Itu pun tidak setiap saat.

Sejak SMP saya suka menulis – apa pun saya tulis. Bahkan untuk mengungkapkan kekesalan pun, pena dan kertas menjadi senjata. Mading tak pernah sepi dengan ‘tulisan illegal’ saya. Meskipun bertahan 1 jam saja setiap hari di mading sekolah, saya bangga. Masih ada 2 sampai 5 orang yang baca.

Tentunya gaya penulisan saat itu masih sangat diasah, sampai pada akhirnya saya tekankan sebuah penulisan ‘pemutarbalikan fakta’. Artinya saya mengarang sebuah cerita fakta. Saya membuat sendiri penggal demi penggal cerita fiktif, namun itu benar-benar terjadi.

Beranjak SMA, saya agak mengurangi intensitas menulis, saya banyak bergelut dengan kesenangan bergaul.

Kuliah, adalah masa-masa saya dikucilkan karena pengakuan perasaan soal keadaan kampus yang banyak ketidakadilan. Semua dituangkan ke dalam tulisan. Itu kejujuran.

Saat ini bukan tulisan yang saya manfaatkan untuk mengungkapkan sebuah perasaan dan keadaan di sekitar. Namun beberapa tulisan saya banyak membuat beberapa orang menjadi kikuk, risih, bahkan tersindir. Pada akhirnya saya dianggap sok tau, sombong, dan keras kepala. Tapi apa yang saya tulis adalah kejujuran.

Lalu kemana akan saya tuangkan kejujuran perasaan, jika bukan ke tulisan???

Penantian Panjang Penetapan Standar Gaji Wartawan

Standard

Oleh Budisantoso Budiman (Antara)

Para pewarta (wartawan/jurnalis) nasibnya ternyata belum sebaik dibandingkan dengan tugas berat yang mesti dijalaninya sehari-hari.

Wartawan seringkali meliput dan memberitakan perjuangan kaum buruh dan pekerja umumnya, untuk menuntut dan mendapatkan upah serta kesejahteraan yang lebih layak.

Kenyataanya, para wartawan itu sendiri hingga sekarang belum memiliki ketentuan gaji dan upah atau kesejahteraan minimal yang harus mereka terima dari tempat kerjanya, seperti halnya rekan-rekan buruh itu.

Bagi para buruh berlaku ketentuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan standar kebutuhan fisik minimum sebagai patokan penentuan upah dan gaji minimal setiap bulan.

Para wartawan, yang diantaranya menolak menyebut dirinya sebagai “buruh”, seringkali masih bergantung pada kebaikan manajemen perusahaan masing-masing untuk mendapatkan upah yang diperoleh setiap bulan.

Ditengarai, masih banyak wartawan sebagai pewarta publik untuk memberitakan fakta dan kebenaran dalam masyarakat itu– dengan iming-iming dan godaan macam-macam–justru bergaji “tidak jelas” alias sesuka hatinya saja.

Di Lampung, misalnya, dalam hal standar upah maupun kesejahteraan wartawan, diperkirakan masih banyak mereka terutama dari media mingguan yang untuk dapat terbit saja harus bekerja keras menutupi biaya operasional dan ongkos cetaknya, seolah “tidak memiliki penghasilan tetap” setiap bulannya.

Namun, beberapa media cetak harian di Lampung, melalui survei dan penelusuran terbatas oleh Lampung Media Center (LMC) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung, umumnya mengklaim telah menggaji wartawannya jauh di atas ketentuan Upah Minimum Provinsi (UMP)–tahun 2007 UMP Rp555.000 per bulan.

Apakah benar begitu? Benarkah para wartawan di Lampung dan daerah lain umumnya telah memperoleh penghasilan yang memadai untuk kehidupannya sehari-hari?

Kalau dikategorikan secara berkelompok, penghasilan wartawan di Lampung dapat dibagi dalam beberapa skala, di antaranya: Skala tinggi, bagi koresponden media massa cetak/TV nasional; Skala sedang untuk wartawan media harian dan radio mainstream lokal; dan Skala rendah bagi wartawan media mingguan dan koresponden media nasional yang belum eksis atau kurang aktif menulis (karena penghasilan dinilai dari produktivitas menulisnya).

Nilai nominal skala gaji pokok dan upah wartawan di Lampung, dapat pula disebutkan secara riil, berada pada kisaran: Tinggi, gaji pokok di atas Rp1 juta per bulan dengan fasilitas tambahan lain-lain penghasilan yang sah; Sedang: antara Rp500.000 sd. Rp750.000 per bulan dan fasilitas tertentu yang terbatas; Rendah: Di bawah UMP Rp550.000 per bulan, tanpa fasilitas tambahan apa pun.

Adapun fasilitas pendukung bagi wartawan untuk lebih lancar menjalankan tugasnya sebagai peliput yang independen dan mapan adalah transport liputan, uang makan, klaim liputan ke luar kota, bantuan berobat (kesehatan), asuransi, dukungan peralatan kerja, dukungan kendaraan (transportasi), bonus, kepastian masa depan karir (jabatan), dan sebagainya.

Berkaitan dengan standar upah atau gaji bagi wartawan itu, Dewan Pers berencana mengumpulkan sejumlah asosiasi pers dan wartawan untuk membahas patokan standar gaji dan kompetensi wartawan, terkait dengan rencana revisi UU Pers Nomor 40 Tahun 1999, dengan penekanan pada aturan permodalan minimal perusahan pers.

“Dalam waktu dekat kami akan mengumpulkan asosiasi pers, untuk merumuskan besar kecilnya standar gaji wartawan,” kata Wakil Ketua Dewan Pers, Sabam Leo Batubara di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sejumlah asosiasi pers yang dikumpulkan, diantaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan sejumlah pemilik koran besar dan kecil.

“Upaya itu, untuk melahirkan standar gaji dari bawah (insan pers, red). Hasil dari pertemuan itu, akan menjadi aturan main,” kata Leo, tanpa menyebutkan waktu pasti pertemuan asosiasi itu.

Pertemuan di tingkat bawah, yakni masyarakat pers, kata Leo, dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya monopoli para konglomerat.

“Jangan sampai kemerdekaan pers dibunuh dengan dikuasai oleh para konglomerat, seperti di televisi Jakarta saat ini,” kata dia.

Banyak Media Tak Sehat

Menurut Dewan Pers, dari sekitar 829 media cetak yang sehat bisnis hanya 30 persen dengan patokan pemasangan iklan, dan 70 persen sisanya tidak sehat bisnis.

Leo berpendapat, dengan kondisi 70 persen dari 829 media cetak yang tidak sehat tersebut, kemudian diberlakukan revisi UU Nomor 40 tahun 1999, maka dimungkinkan sebagian media cetak tidak akan dapat terbit kembali.

Dia mengingatkan, seharusnya pemerintah tidak membahas masalah permodalan minimal perusahaan pers, karena hal itu yang lebih berwenang adalah masyarakat pers seperti halnya dalam merumuskan kode etik wartawan.

Sejumlah wartawan di Lampung mengaku secara nominal upah dan gaji yang diterima dari medianya setiap bulan, tidaklah mencukupi untuk membiayai kehidupan mereka sehari-harinya.

“Tapi `kan masih ada tambahan pendapatan lain karena wartawan bisa bergaul dengan siapa saja,” kata salah satu wartawan media mingguan itu pula.

Beberapa wartawan diketahui memiliki profesi sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan secara memadai, agar dapat menutupi kekurangan pendapatan dari kantor medianya.

Namun, tidak sedikit wartawan yang mengandalkan perolehan upah tambahan itu dari para narasumber dan dari pemberitaan atau tulisan yang dibuatnya yang “dihargai” oleh pihak yang merasa diuntungkan.

Padahal, wartawan sesuai kode etiknya tidak diperbolehkan menerima pemberian berupa uang atau barang maupun fasilitas lainnya berkaitan dengan pemberitaan dan profesinya, dari narasumber atau pihak lain.

“Nggak apalah yang penting pimpinan di kantor kita tidak tahu `kan,” cetus salah satu wartawan di Lampung.

AJI pernah melansir laporan survei kondisi upah dan kesejahteraan para wartawan di beberapa kota besar di Indonesia.

AJI pernah pula mengusulkan adanya standar upah dan kesejahteraan minimal bagi wartawan di DKI Jakarta, dengan tanpa melihat kemampuan lembaga media masing-masing.

Bagaimana dengan lembaga media massa yang finansialnya “terseok-seok”?

Di Lampung diperkirakan telah ada seribuan orang wartawan, sebagian besar (sekitar 500 orang) di antaranya anggota PWI, AJI
(30-an), KWRI dan beberapa organisasi pers yang diperkirakan anggota mencapai belasan wartawan, IJTI (FJTV) sekitar 20-an wartawan, PRSSNI (penyiar radio) sekitar 50 hingga ratusan orang, JRK (penyiar radio komunitas) sekitar 20-an orang, dan mereka yang tidak punya organisasi naungan maupun kelompok berhimpun, sekitar ratusan orang.

Sebelumnya, dengan alasan pers sudah kebablasan, Menkominfo Soyyan Djalil mengusulkan revisi UU Pers 40/1999 dengan berpayung pada alasan permodalan pers.

“UU itu sudah tidak bermanfaat. Dulu dibikin dalam semangat melawan pemerintah yang membatasi pers. Mari kita sadar UU itu tidak memberikan perlindungan kepada wartawan,” kata Menkominfo Sofyan Djalil.

Naskah akademik untuk revisi sudah selesai dan ditargetkan akhir tahun 2007 draf bisa masuk dalam prioritas pembahasan di DPR.

Menteri menjanjikan revisi tersebut tidak akan membatasi kebebasan pers.

Sejumlah isi revisi di antaranya persyaratan minimum untuk mendirikan media, yakni modal dan perlindungan terhadap wartawannya.

“Kebebasan pers harus tetap dijamin, tetapi pada saat yang sama, industri pers juga harus sehat,” demikian Menkominfo.

Selamat Jalan ’22’, Selamat Datang di ’23’

Standard

Umur gue sekarang 23 tahun, masih cukup muda untuk dipamerkan. Tapi gue bangga dengan umur 23 tahun, beberapa impian udah gue dapetin. Terutama dengan menjadi ‘Jurnalis’, itu impian terbesar. Sekarang sudah didapatkan.

Balik ke masa lalu, 22 tahun adalah umur yang banyak mendatangkan kebahagiaan. Di antaranya: Menjadi Sarjana Sosial di bidang Ilmu Komunikasi Spesialis Journalism, resmi bergabung di detikcom dengan diangkat menjadi karyawan tetap, dan mempunyai kekasih hati.

Entah apa yang harus gue ungkapkan. Gue hanya bisa bilang kalau gue bersyukur sama Allah.

Thanks God . . .

Ingin Jadi Kembali Sederhana

Standard

“Aku sayang kamu karena kesederhanaan kamu,” itu kata yang tak sengaja baru saya sadari. Kata itu juga yang menjawab mengapa saya mencintai kekasih.

“Kalau aku mencintai kamu karena kamu membuat aku nyaman,” itu kata balasan yang keluar dari mulut kekasih saya.

Sepertinya inilah tentang perasaaku kepada dia, kekasihku.

Trik Pendekatan Dengan Calon Mertua

Standard

Berikut tips dari Aully Grasinta, M. Si, Psi dari pusat Konsultasi Psikologi Terapan (PKPT) Universitas Pancasila.

Adaptasi.
Masa perkenalan masing-masing pihak dan saling mempelajari karakter masing-masing tentunya bukanlah hal mudah. Namun saat inilah, tahap adaptasi yang menentukan dalam hal menjatuhkan hati calon mertua anda. Be Your Self. Jangan berpura-pura jadi orang lain.Tetaplah jadi sendiri. Kalau anda sendiri tahu diri anda seperti apa dan anda juga bisa menampilkannya, tentu orang lain juga akan bisa merespon kepada anda.

Pelihatkan rasa sayang dan cinta anda kepada anaknya.
Bukan berarti harus bermesra-mesraan dengan pasangan di depan calon mertua anda. Namun cukup dengan perhatian akan hal-hal kecil dan senyum hangat serta pandangan mata dengan rasa sayang. Memang terkadang kalau menunjukkan rasa cinta Anda kepada pasangan di depan orang tua timbul kikuk atau grogi. Hal tersebut wajar dan tentu saja yang namanya rasa sayang tiu tidak harus ditutup-tutupi. Kalau Anda malu akan perasaan anda sendiri, bagaimana orang lain akan yakin akan kuatnya perasaan Anda dan pasangan anda (anaknya) tersebut?

Mau memahami.
Pelajari sejauh mana kedekatan mereka. Setiap keluarga pasti berbeda, kalau anda sudah mengerti budaya keluarga pasangan seperti apa, baru kemudian anda mulai pasang strategi kaapn anda bisa masuk. Pelajari pula hal-hal apa yan nantinya apa yang akan menjadi konflik, sehinga anda tidak perlu masuk kedaera htersebut. Biasanya calon mertua wanita akan mengesankan persaingan dengan anda. Ia sangat selektif dala mmemilih calon menantunya. Oleh karena itu, anda tidak perlu khawatir akan sifat sinisnya. Belajarlah untuk tetap sopan, dan tunjukkan padanya bahwa anda bias menjadi calon istri yang baik untuk anaknya..

Tetap menjaga jarak
Ramah dan akrab itu boleh, namun harus selalu diingat bahwa calon mertua anda adalah orang tua pasangan anda, bukan orang tua anda sendiri. Jarak itu harus selalu dijaga. Ketika dikenalkan, anda bisa menganggap kalau calon mertua anda adalah bos baru dikantor yang baru anda temui. Anda haru pandai menjaga sikap dan menunjukkan kelebihan kepribadian andaayng membuat di tertarikuntuk menahan anda di ‘perusahaan’. Nah, kalau sudah kenal agak lama, misalnya dalm waktu sebulan, anggap saja calon mertua anda adalah tante dan om anda, yaitu orang yang patut anda sayangidan hormati, namun tetap memiliki jarak yang berbeda seperti halnya anda dengan orang tu sendiri.

Menenangkan ego calon mertua.

Ketika sudah mulai dekat, langkah selanjutnya adalah Menenangkan ego calon mertua anda. Ha lini tidaklah sesulit yang anda duga. Yang perlu dilakukan adalah memberikan pujian yang tulus . misalnya memuji pakaian yang saat itu dipakai calon mertua anda, kalau memang pakaiannya bagus. Hal itu akan membuat senang calon mertua anda.

Jangan mengubah struktur yang ada
Karena kalau hal ini sampai terjadi, tentunya akan menjadi kecemburuan tersendiri dari orang tua. Jangan sampai begitu anda masuk, kemudian apa yang sudah berjalan anda ubah. Pada dasarnya, adanya orang baru dalam kehidupan rumah tangga sudah menjadi masalah tersendiri. Butuh adaptasi dengan adanya calon menantu, karena itu anda perlu untuk mengikuti flow-nya dulu.

Bisa menjadi nilai tambah untuk mereka
Perlihatkan nilai tambah anda pada keluarganya. Bukan masalah materi tapi nilai plus yang anda miliki. Berikan kesan positif misalnya dengan cara berpenampilan yang baik, berdandan yang sopan, mengobrol dengan penuh tatakrama. Cara lain yang terbilang ampuh adalah lewat tindakan sehari-hari.hal yang mudah yang dapat dilakukan, misalnya membantu calon mertua memasak atau membuat masakan yang mereka sukai pada saat ada acara keluarg dirumah pasangaan. Kalau pasangan anda memiliki kakak, bisa mengajaknya hang out atau bila memiliki adaik ,anda bisa menawarkan bantuan dengan menjemputnya atau mengakjaknya jalan-jalan ke tempat rekreasi.

Hargai calon mertua anda seperti menghargai ibu sendiri
Karena hal ini sangat penting. Calon mertua Anda memiliki kepribadian yang berbeda dengan anda . mereka mempunyai achievements, pengalaman da nsejarah tersendiri. Kenalilah mereka bukan hanya untuk bisa mendapatkan hati mereka, tapi lebih untuk mengetahui siapa calon mertua, mengetahui siapa mereka, dan bagaimana bisa sampai ketempat ini. Respect them for who and what they are, and hopefully they will respect and accept you what they you are.

4 Pemuda Berjuang Mencari Ketenangan Jiwa

Standard

Sebenarnya bukan 14 Februari band gue, Relovers terbentuk. Jauh sebelum itu Relovers hadir mengisi hari-hari Gue, Agil, Agung, Awan, dan Sidiq. Empat tahun sudah Relover bersama puluhan lagu ciptaan hadir di telinga Gue dan teman-teman.

Pasang surut pun tak terhindari. Dua personil Relovers, Agung dan Awan melepaskan diri dari gemerlap impian menjadi pemusik. Tinggal Gue, Sidq, dan Agil yang tetap menjalankan mimpi itu. Namun Relovers sadar diri kalau dengan awak 3 orang, Relovers sulit mewujudkan mimpinya. Tri Agung atau yang biasa dipanggil Ceni masuk sebagai pemain bass.

Saat ini mimpi mulai diwujudkan. Gue dan kawan-kawan sedang mencoba untuk mengadu nasib lewat Radio Amira. Wina dan Jadul membantu untuk mengurusi management Relovers.

Semoga mimpi ini terwujud . . .

Selamat Ulang Tahun Relovers, terus wujudkan mimpi kalian.

Tentang Perasaanku Kepadamu

Standard

Hai cinta dengarkanlah aku ingin bicara tentang aku dan kamu, tentang cintaku padamu.
Aku hanya laki-laki yang pernah mencintai seribu wanita dan misterinya, tapi mengapa begitu berbeda denganmu aku merasakan cinta yang lain.

Bersamamu ku rasakan cinta
bersamamu ku merasa rindu
bersamamu ku rasakan sesuatu

bersamamu ku merasa jatuh hati yang tak pernah ku rasakan sebelumnya

Ingin Menghadiahkan Lagu Cinta Untuk Kekasih

Standard

Lama sekali saya tidak bermain gitar dan tentunya membuat lagu. Dulu saya sering sekali membuat lagu, terutama soal cinta. Barang kali lebih dari 100 lagu saya ciptakan, tentunya juga itu semua menggambarkan kisah cinta yang selalu berakhir dengan kegagalan.

Ada beberapa tema yang saya edarkan di pikiran saya, soal kesakithatian dan kematian cinta itu sendiri. Kalau sedang jatuh cinta, saya lupa dengan perasaan yang ada.

Rasanya lelah sekali saya mengarungi cinta, apalagi pikiran tolol selalu menghampiri benakku. Itu yang aku ingin hilangkan dengan membuat lagu untuk kekasihku. Lebih dari 1 bulan pacaran, belum 1 lagu pun yang aku buat untuknya. Mungkin karena sedang jatuh cinta. Kalalu begini, saya akan berhenti membuat lagu cinta, karena kali ini saya tak ingin mengakhiri cinta dengan tragis.